Jumat, 21 Februari 2014

Kristus

Bercumbu dengan Tuhan

A: Kenapa datangnya hari ini aku masih sendiri? Padahal waktu telah memegang laku. Dan aku harusnya sudah bisa maju dari dulu

T: Salahmu sendiri.

A: lalu waktu perlahan menghilang dibalik kesetiaan masa yang merusak mayapada. Tapi aku bahkan tidak berbuat apa-apa. Terlalu sibuk dengan alam pikiranku sendiri dalam perenungan yang buahnya tidak ada apa-apa kecuali busuk dan masam

T: Salahmu sendiri.

A: Kenalilah aku Tuhan. Kenalilah aku. Siapa aku dalam tarian senja. Dalam malam yang tak sedikitpun menyisakan cinta. Kenanglah aku Tuhan, jadilah aku yang dikenang. Karena aku selalu mengenangmu, dan mereka menyuruhku begitu.

T: Aku tidak mengenalmu. Aku tidak mengenal siapa keluargamu. Kamu adalah sempalan dari serpih yang tak sengaja kuciptakan. Kamu mati. Tapi tiba-tiba ada kesalahan hingga kau hidup sendiri.

A: Lalu? Itu salahmu sendiri!

T: Biasakanlah menyebutku baginda. Baginda yang tercinta yang menjadikan yang dicinta sebagai yang tercinta. Aku mencipta cinta, cinta untuk yang tercinta. Bukan yang untuk tidak dicinta. Pergilah kau ke dalam neraka!

A: Untuk apa? Aku hanya kesalahan tanpa dosa. Dan kau harusnya tidak menghukumku atau mereka.

T: Karena aku tidak menginginkanmu. Kamu tak pernah benar-benar hidup di alam raya. Kau hanya secuil bajingan dari semesta. Dan itu salahmu sendiri.

A: kau bilang aku bagian dari kesalahan penciptaan. Sekarang kau bilang ini salahku? Hei, aku tidak menciptakan diriku sendiri.

T: Aku membiarkanmu hidup. Kau menyia-nyiakannya. Kesalahanmu sendiri.

A: Jelas salahmu membiarkanku hidup tanpa garis yang jelas.

T: aku berikan kau garis.

A: tapi garismu justru menghalangi jalanku, minggirlah sedikit.

T: Itu karena kau sulit diatur!

A: kau selalu punya jawaban. Aku lelah! Kalau korek, kau punya?

T: Ini. Merokoklah bersamaku (memberi korek)

A: Aku bingung. Kenapa kau tidak menciptakan rokok, malah minta padaku. Ciptakanlah sendiri wahai pencipta!

T: kadang aku butuh bantuan manusia untuk menyempurnakan bahan-bahan mentah.

A: Seperti aku? Apa mungkin aku butuh manusia lain agar lebih ‘matang’?

T: Kau yang lebih tahu.

A: kau Tuhannya.

T: Mungkin. Tapi sepertinya kau lebih butuh aku.

A: Kenapa?

T: Karena aku Tuhannya.

A: kalau begitu berikan aku satu penjelasan saja. Karena aku hanya manusia yang belum bisa mengerti apa-apa

T: Ikutlah denganku dan naiklah keatas ranjang!

A: kenapa?

T: karena sekarang aku tuannya!

[kemudian mereka naik keatas ranjang. Dan bercumbu. Siluet direntangkan dan hanya terlihat dari balik tirai putih. Musik perlahan terdengar. Adegan ini cukup lama waktunya. Siluet dibuka. Hanya ada A sendiri sedang duduk bersemadhi]

B: Selesai yogamu?  (orang yang sama dengan T)

A: Aku telah menyatu dengan devata.

B: Dimana Tuhannya?

A: Bersatu dalam janin ini.

B: Tapi ini anakku kan?

A: anak kita adalah kristus.


sebuah naskah pertunjukkan yang belum sempat digarap -2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar