Selasa, 07 April 2015

Puisi Kepada Dewi Sri


Ibu,

Aku luka.
Melihat anak-anakmu menangis dalam gelap gulita.
Dan cuma tertawa pada siang benderang.

Ibu,
Bagaimana bisa kau membiarkan mereka jadi dungu?
Bagaimana bisa kau membiarkan mereka membuat mereka menjadi dungu?
Bagaimana bisa kau melahirkan kepala-kepala busuk yang menjadikan mereka dungu?
Bagaimana bisa kau mengkhianati janjimu sendiri?

Ibu,
Aku luka.

Dalam gempita keterbiusan ini…
Aku yang menjadi tolol pada hingar ketakberdayaan: tak mampu lagi apa-apa.
Mereka mengambil terlalu banyak.
Kutu busuk menebarkan virusnya kepada setiap anak yang lahir di bumi pertiwi.
Mereka merangsek melalui kulit ari dan urat nadi
Mengoperasi kepala anak-anakmu dan membakar otaknya!
Meremas jantung dan mengacak-acak sistem ekskresinya!
Memotong-motong kelamin dan membongkar sistem pencernaannya!

Tadinya kami gembira karena jadi manusia baru seutuhnya……………………………..

Kami cyborg!
Persis seperti film-film Hollywood itu, Ibu.

Tapi ibu, kami dungu.
Apa itu dunia kami tak tahu.

Di umur kami yang ke-70,
Kami masih mengompoli tempat tidur tetangga.

Jadi bantu kami:
Ambil kembali laksana-laksanamu!
Datanglah kepada kami dengan trisula, cangkul, camara, kemben, sanggul, kebaya, dan semuanya…

Bergayalah lagi seperti mudamu dulu,
Gunakan make up cantik dan kain batik.

Oh Ibu, aku rindu.
Kita akan melemparkan mereka hingga keluar jurang neraka!
Kita akan kembali mendidik dungu-dungu ini jadi manusia yang berkehidupan dengan sebenar-benarnya!

Tapi apakah kita bisa? Apa masih ada waktu?

Aduh duh Ibu! Kenapa diam saja………………………………………….

Ibu,




Aku mau Bapak!