Bercumbu
dengan Tuhan
A: Kenapa datangnya
hari ini aku masih sendiri? Padahal waktu telah memegang laku. Dan aku harusnya
sudah bisa maju dari dulu
T: Salahmu sendiri.
A: lalu waktu
perlahan menghilang dibalik kesetiaan masa yang merusak mayapada. Tapi aku
bahkan tidak berbuat apa-apa. Terlalu sibuk dengan alam pikiranku sendiri dalam
perenungan yang buahnya tidak ada apa-apa kecuali busuk dan masam
T: Salahmu sendiri.
A: Kenalilah aku
Tuhan. Kenalilah aku. Siapa aku dalam tarian senja. Dalam malam yang tak
sedikitpun menyisakan cinta. Kenanglah aku Tuhan, jadilah aku yang dikenang.
Karena aku selalu mengenangmu, dan mereka menyuruhku begitu.
T: Aku tidak
mengenalmu. Aku tidak mengenal siapa keluargamu. Kamu adalah sempalan dari
serpih yang tak sengaja kuciptakan. Kamu mati. Tapi tiba-tiba ada kesalahan
hingga kau hidup sendiri.
A: Lalu? Itu salahmu
sendiri!
T: Biasakanlah
menyebutku baginda. Baginda yang tercinta yang menjadikan yang dicinta sebagai
yang tercinta. Aku mencipta cinta, cinta untuk yang tercinta. Bukan yang untuk
tidak dicinta. Pergilah kau ke dalam neraka!
A: Untuk apa? Aku
hanya kesalahan tanpa dosa. Dan kau harusnya tidak menghukumku atau mereka.
T: Karena aku tidak
menginginkanmu. Kamu tak pernah benar-benar hidup di alam raya. Kau hanya secuil
bajingan dari semesta. Dan itu salahmu sendiri.
A: kau bilang aku
bagian dari kesalahan penciptaan. Sekarang kau bilang ini salahku? Hei, aku
tidak menciptakan diriku sendiri.
T: Aku membiarkanmu
hidup. Kau menyia-nyiakannya. Kesalahanmu sendiri.
A: Jelas salahmu
membiarkanku hidup tanpa garis yang jelas.
T: aku berikan kau
garis.
A: tapi garismu
justru menghalangi jalanku, minggirlah sedikit.
T: Itu karena kau
sulit diatur!
A: kau selalu punya
jawaban. Aku lelah! Kalau korek, kau punya?
T: Ini. Merokoklah
bersamaku (memberi korek)
A: Aku bingung.
Kenapa kau tidak menciptakan rokok, malah minta padaku. Ciptakanlah sendiri wahai
pencipta!
T: kadang aku butuh
bantuan manusia untuk menyempurnakan bahan-bahan mentah.
A: Seperti aku? Apa
mungkin aku butuh manusia lain agar lebih ‘matang’?
T: Kau yang lebih
tahu.
A: kau Tuhannya.
T: Mungkin. Tapi
sepertinya kau lebih butuh aku.
A: Kenapa?
T: Karena aku
Tuhannya.
A: kalau begitu
berikan aku satu penjelasan saja. Karena aku hanya manusia yang belum bisa mengerti
apa-apa
T: Ikutlah denganku
dan naiklah keatas ranjang!
A: kenapa?
T: karena sekarang
aku tuannya!
[kemudian mereka naik keatas ranjang. Dan
bercumbu. Siluet direntangkan dan hanya terlihat dari balik tirai putih. Musik
perlahan terdengar. Adegan ini cukup lama waktunya. Siluet dibuka. Hanya ada A
sendiri sedang duduk bersemadhi]
B: Selesai yogamu? (orang yang sama dengan T)
A: Aku telah menyatu dengan devata.
B: Dimana Tuhannya?
A: Bersatu dalam janin ini.
B: Tapi ini anakku kan?
A: anak kita adalah kristus.
sebuah naskah pertunjukkan yang belum sempat digarap -2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar