Ibu,
Aku luka.
Melihat anak-anakmu menangis
dalam gelap gulita.
Dan cuma tertawa pada siang
benderang.
Ibu,
Bagaimana bisa kau membiarkan
mereka jadi dungu?
Bagaimana bisa kau membiarkan
mereka membuat mereka menjadi dungu?
Bagaimana bisa kau melahirkan kepala-kepala
busuk yang menjadikan mereka dungu?
Bagaimana bisa kau mengkhianati
janjimu sendiri?
Ibu,
Aku luka.
Dalam gempita keterbiusan ini…
Aku yang menjadi tolol pada
hingar ketakberdayaan: tak mampu lagi apa-apa.
Mereka
mengambil terlalu banyak.
Kutu
busuk menebarkan virusnya kepada setiap anak yang lahir di bumi pertiwi.
Mereka
merangsek melalui kulit ari dan urat nadi
Mengoperasi
kepala anak-anakmu dan membakar otaknya!
Meremas
jantung dan mengacak-acak sistem ekskresinya!
Memotong-motong
kelamin dan membongkar sistem pencernaannya!
Tadinya
kami gembira karena jadi manusia baru seutuhnya……………………………..
Kami
cyborg!
Persis
seperti film-film Hollywood itu, Ibu.
Tapi
ibu, kami dungu.
Apa itu
dunia kami tak tahu.
Di umur
kami yang ke-70,
Kami
masih mengompoli tempat tidur tetangga.
Jadi
bantu kami:
Ambil
kembali laksana-laksanamu!
Datanglah
kepada kami dengan trisula, cangkul, camara, kemben, sanggul, kebaya, dan
semuanya…
Bergayalah
lagi seperti mudamu dulu,
Gunakan
make up cantik dan kain batik.
Oh Ibu,
aku rindu.
Kita
akan melemparkan mereka hingga keluar jurang neraka!
Kita
akan kembali mendidik dungu-dungu ini jadi manusia yang berkehidupan dengan
sebenar-benarnya!
Tapi
apakah kita bisa? Apa masih ada waktu?
Aduh
duh Ibu! Kenapa diam saja………………………………………….
Ibu,
Aku mau Bapak!